Aksi mereka juga di dukung oleh para pejuang yang terdiri atas anak-anak pahlawan. Seusai berziarah kemakam suami mereka, keduanya menemui kepala seksi Kepahlawanan TPM Kalibata, Baghdar Zaini. Seusai pertemuan, mereka menyatakan izin untuk pembongkaran harus di urus ke Garnisun TNI. Pihak pengelola tidak bisa memutuskan apa-apa.
"Mereka tidak bisa memutuskan apa-apa. tetap kira yang harus meminta izin ke Garnisun. Kalau prosedurnya semua masuk makam harus izin ke Garnizum," tutur salah seorang keluarga pejuang yang ikut , Ita, kepada wartawan di TPM Kalibata, Jakarta Senin (26/7)
Oleh karena itu, besok rencananya dua janda pahlawan itu akan datang ke Garnisun untuk minta izin."Besok setelah putusan, kita ke Garnisun,"tuturnya.
Para keluarga pejuang lainnya pun akan kut membongkar makam ayah mereka, jika kedua janda pahlawan dinyatakan bersalah.
"Ibu bongkar kita semua akan ikut bongkar. Ibu yang masih ada saja di jadikan terdakwa, bagaimana dengan kita yang yatim piatu. kita statusnya sama semua, terpidana,"tegas Ita.
Tindakan ini, menurut Ita, di dukung oleh banyak keluarga Pejuang seluruh Indonesia dan seluruh penghuni rumah negara."karena enggak pantas bapak kami disini, karena bapak kita (di anggap) bukan pahlawan,"Imbuhnya.
Salah seorang anggota keluarga pejuang lainnya, Didit Soeroso menuturkan, bapaknya yang seorang pejuang gerilya mendapatkan bintang jasa dari luar negeri, yakni Belgia. dengan adanya kasus dua janda pahlawan ini, Didit mengaku telah mengontak pemerintah Belgia Langsung.
"Katanya bapak saya akan di pindahkan ke Belgia, mereka lebih menerima pahlawan," tegas Didit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar